PRASYARAT WACANA
Istilah wacana
berasal dari kata Sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Henry Guntur
Tarigan (1987: 27) menjelaskan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling
lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kaliat, memiliki kihesi dan koherensi
yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis. Sedangkan, Abdul Chaer (1994:267)
menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, sehingga dalam
hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan gramatikal yang tertinggi, terlengkap
dan terbesar dari frase, klausa atupun kalimat yang di dalamnya memiliki kohesi
dan koherensi yang jelas serta saling
berkesinambungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya, sehingga
wacana tidak hanya dapat disampaikan dengan cara tulisan tetapi juga dapat
disampaikan dengan cara lisan.
Di dalam sebuah
wacana tentunya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika membuat suatu
wacana. Syarat-syarat tersebut dapat membuat sebuah wacana itu lebih hidup dan
lebih dipamahi baik oleh pembaca maupun pendengar .
1. Topik
Topik merupakan suatu pokok dari sebuah pembicaraan atau
sesuatu yang akan menjadi landasan dalam penulisan sebuah wacana. Di dalam
menentukan sebuah topik tentunya kita juga harus memperhatikan beberapa syarat,
syarat-syarat tersebut antara lain :
a. Topik
yang dipilih harus menarik perhatian,
b. Dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca,
c. Topik
yang dipilih harus mempunyai sumber acuan yang jelas atau real.
Di dalam menentukan sebuah topik
pada suatu wacana tentunya kita harus membatasinya. Topik yang dipilih harus
terbatas, sebab apabila suatu topik itu terlalu luas maka topik itu akan
menjadi dangkal dan tidak menarik untuk dibahas. Adapun yang mencakup dalam
pembatasan tersebut meliputi : konsep, variabel, data, lokasi pengumpulan data
dan waktu pengumpulan data. Elemen – elemen tersebut saling berhubungan satu
sama lain, apabila salah satu elemen tersebut ada yang hilang maka sebuah topik
itu tidak akan menarik dan akan terasa membosankan.
2. Kohesi
Kohesi dalam wacana
diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural membentuk ikatan
sintaktikal. Anton M. Moelino (1988:34)
menyatakan bahwa wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat
yang kohesif. Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya
unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu
wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Menurut Anton M. Moelino, dkk
( 1987:96) untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya
harus kohesif. Hanya dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur dalam
wacana dapat di interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan
unsur-unsur lainnya.
Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu
kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan
bentuk sesuai dengan tata bahasa. Sedangkan, kohesi leksikal artinya kepaduan
bentuk sesuai dengan kata. .
Kohesi gramatikal
dibagi menjadi beberapa bagian yang meliputi:
A. Referensi (pengacuan)
Referensi merupakan pengacuan satuan lingual
tertentu terhadap satuan lainnya.
B. Substitusi ( penggantian)
Substitusi diartikan
sebagai penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain dalam wacana
untuk memperoleh unsur pembeda.
C.
Elipsis
(pelesapan)
Elipsis adalah
pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya.
D.
Konjungsi
(perangkaian)
Konjungsi adalah kohesi
gramatikal yang dilakukan dengan menghubungkan unsure yang satu dengan unsure
yang lain. Unsur yang dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf.
Yang
selanjutnya adalah kohesi leksikal. Kohesi leksikal yaitu perpaduan bentuk
dalam struktur kata. Kohesi
leksikal meliputi :
A.
Pengulangan
atau repetisi
B.
Sinonimi
C.
Antonim
D.
Hiponim
E.
Kolokasi
F.
Ekuivalensi
3. Koherensi
Koherensi adalah
pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu
untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl, 1978
: 25). Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian
yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh. Yang
termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
1.
Penambahan
Sarana
penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula, selanjutnya
2. Repetisi / pengulangan
3. Pronomina
4. Sinonimi
5. Totalitas Bagian
6. Komparasi
7. Penekanan
8. Kontras
9. Simpulan
10. Contoh
11. Paralelisme
12. Waktu