Selasa, 31 Maret 2015

Prasyarat wacana



PRASYARAT WACANA

Istilah wacana berasal dari kata Sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Henry Guntur Tarigan (1987: 27) menjelaskan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kaliat, memiliki kihesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Sedangkan, Abdul Chaer (1994:267) menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan gramatikal yang tertinggi, terlengkap dan terbesar dari frase, klausa atupun kalimat yang di dalamnya memiliki kohesi dan koherensi yang  jelas serta saling berkesinambungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya, sehingga wacana tidak hanya dapat disampaikan dengan cara tulisan tetapi juga dapat disampaikan dengan cara lisan. 
Di dalam sebuah wacana tentunya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika membuat suatu wacana. Syarat-syarat tersebut dapat membuat sebuah wacana itu lebih hidup dan lebih dipamahi baik oleh pembaca maupun pendengar .
1.    Topik
Topik merupakan suatu pokok dari sebuah pembicaraan atau sesuatu yang akan menjadi landasan dalam penulisan sebuah wacana. Di dalam menentukan sebuah topik tentunya kita juga harus memperhatikan beberapa syarat, syarat-syarat tersebut antara lain :
a.    Topik yang dipilih harus menarik perhatian,
b.    Dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca,
c.    Topik yang dipilih harus mempunyai sumber acuan yang jelas atau real.
Di dalam menentukan sebuah topik pada suatu wacana tentunya kita harus membatasinya. Topik yang dipilih harus terbatas, sebab apabila suatu topik itu terlalu luas maka topik itu akan menjadi dangkal dan tidak menarik untuk dibahas. Adapun yang mencakup dalam pembatasan tersebut meliputi : konsep, variabel, data, lokasi pengumpulan data dan waktu pengumpulan data. Elemen – elemen tersebut saling berhubungan satu sama lain, apabila salah satu elemen tersebut ada yang hilang maka sebuah topik itu tidak akan menarik dan akan terasa membosankan.

2.    Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal. Anton M. Moelino (1988:34)  menyatakan bahwa wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Menurut Anton M. Moelino, dkk ( 1987:96) untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya harus kohesif. Hanya dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur dalam wacana dapat di interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan unsur-unsur lainnya.
 Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa. Sedangkan, kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata. .
Kohesi gramatikal dibagi menjadi beberapa bagian yang meliputi:
A.    Referensi (pengacuan)
Referensi merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap satuan lainnya.
B.     Substitusi ( penggantian)
Substitusi diartikan sebagai penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk  memperoleh unsur pembeda.
C.     Elipsis (pelesapan)
Elipsis adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya.
D.    Konjungsi (perangkaian)
Konjungsi adalah kohesi gramatikal yang dilakukan dengan menghubungkan unsure yang satu dengan unsure yang lain. Unsur yang dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf.
Yang selanjutnya adalah kohesi leksikal. Kohesi leksikal yaitu perpaduan bentuk dalam struktur kata. Kohesi leksikal meliputi :
A.  Pengulangan atau repetisi
B.  Sinonimi
C.  Antonim
D.  Hiponim
E.  Kolokasi 
F.   Ekuivalensi
3.    Koherensi
Koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl, 1978 : 25). Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh. Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
1.      Penambahan
Sarana penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula, selanjutnya
2.      Repetisi / pengulangan
3.      Pronomina
4.      Sinonimi
5.      Totalitas Bagian
6.      Komparasi
7.      Penekanan
8.      Kontras
9.      Simpulan
10.  Contoh
11.  Paralelisme
12.  Waktu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar